Kementerian Badan Usaha Milik Negara kini akan kembali melakukan perombakan terhadap semua jajaran direksi serta komisaris pada BUMN. Sekarang ini, kementerian yang dibawah kepeminpinan oleh Erick Thohir ituĀ akan merombak manajemen bank pelat merah.
Berdasar pada keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia ada sebanyak tiga bank BUMN yang akan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan pada minggu yang akan datang. Ketiganya ialah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, dan juga PT Bank Negara Indonesia Tbk Tbk.
Staf Khusus Kementerian BUMN yang bernama Arya Sinulingga tidak membantah mengenai adanya rencana perombakan itu. Menurutnya, perombakan pejabat untuk bank pelat merah dibutuhkan untuk penyegaran serta penyesuaian dengan tantangan perseroan untuk masa mendatang.
“Untuk penyegaran dan juga penyesuaian dengan tantangan yang akan datang dari BUMN tersebut,” ungkapnya Kementerian BUMN, Jakarta, pada Selasa malam yang lalu.
Pada saat disinggung mengenai kinerja bank milik negara yang umumnya akan baik baik saja, namun tetap saja akan dilaksanakan perombakan, Arya mengungkapkan, perubahan kepengurusan itu guna memperkuat perseroan. ” Semua sektor dalamĀ BUMN memerlukan refreshing, yang memang niatnya cuma untuk memperkuat,” tambahnya.
Sekedar untuk diketahui saja, BRI akan menggelar RUPST pada tanggal 18 Februari 2020, sedangkan Bank Mandiri pada tanggal 19 Februari 2020, dan juga BNI pada tanggal 20 Februari 2020. Pada saat mata acara RUPST ketiga BUMN tersebut akan melakukan perombakan struktur kepengurusan perseroan yang saat ini disarankan oleh semua pemegang saham Seri A Dwiwarna.
“Jadi jika memang ada agenda kayak gitu maka dijalankan saja, sesuai prosedur agenda ,” ujar Arya.
Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir menghimbau semua perusahaan negara untuk tetap meningkatkan koordinasi, sebagai bagian dari antisipasi penyebaran virus corona. Dia juga menginstruksikan agar semua lapisan BUMN siap. Untuk sekedar diketahui saja, jumlah kematian yang diakibatkan oleh virus korona sudah melampaui epidemi SARS pada 2003. Data terkini mengatakan bahwa setidaknya sekitar 803 orang meninggal karena wabah ini. Mayoritas korbannya meninggal ada di China daratan dan Hong Kong.